19 April 2009

Martabak Cak Margono

Sore itu Surabaya mendung.
Saya tiba-tiba ingin sekali makan martabak. Maklum makanan beraroma gurih ini kalau dimakan sore-sore nikmat sekali. Sayapun berangkat ke penjual martabak favoritku di jalan Manyar Pumpungan.
” Martabak loro cak”.
” Yang biasa atau spesial pak ?”, tanya Cak Margono arek Jombang si penjual martabak paling ramah itu.
” Yang spesial donk, kan mendung-mendung gini enak makan martabak plus cappucino anget .Kelihatannya laris yo cak martabake , biso mbuat rumah baru donk ” , kataku bercanda.

Cak Margono tersenyum sambil ngiris martabak menjadi potongan-potongan kecil.
” Hallah pak, jualan martabak kayak gini kan hanya cukup untuk hidup sehari-hari saja. Ya adalah nabung sedikit-sedikit untuk biaya sekolah anak-anak ”.
” Ya ditlateni saja cak yang penting halal kan ”, kataku sok menjadi tua.
” Bagi saya jualan martabak lebih baik daripada jualan martabat pak walaupun jualan martabat mungkin hasilnya lebih banyak tapi kan nggak berkah ”.
” Maksudnya ??”, kejar saya.
” Lha mereka yang jadi pelacur,penipu,perampok dan koruptor kan sama saja dengan jual martabat tho pak. Nah hasilnya kan mungkin banyak, bisa untuk beli martabak sak gudang dan beli macem-macem kan . Tapi untuk apa hidup seperti itu. Dimakan anak-isteri juga bisa jadi penyakit. Kan lebih bermartabat saya daripada mereka walaupun saya hanya berjualan martabak ”

Cak Margono..Cak Margono.. ucapanmu benar adanya.
Alangkah banyak diluar sana orang-orang yang tak malu-malu menjual martabat hanya untuk mendapatkan martabak.

dCholik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar