24 April 2009

Calon mertua kok di skak !!

Cimahi, 1975.

Ketika saya sedang bermain catur dirumah Pak Warto-guruku, datanglah seorang pria gagah, usianya tidak begitu jauh dengan Pak Warto. Pak Warto memperkenalkan tamunya kepada saya " Ini adik saya. Pak Soeyitno, Perwira Angkatan Laut. Dulu pernah dinas di Surabaya, sekarang di Jakarta " Pak Warto tak lupa mengatakan bahwa saya adalah muridnya -perwira CPM yang sedang sekolah di Pusdikpom.

Pak Warto main catur sambil terus ngobrol dengan pak Soeyitno,adiknya. Tampaknya mereka agak jarang bertemu. Kelengahan Pak Warto saya manfaatkan. Pak Warto tak berkutik ketika Rajanya terkepung oleh benteng, kuda dan Menteri saya.
" Skak-mat !!!", teriak saya agak pelan, maklum berhadapan dengan guru merangkap calon mertua.
" Waaahh,katanya jagoan main catur, kok kalah sama anak muda ", kata Pak Soeyitno terkekeh.
Sambil pulang ke ksatrian saya menyesali kemenangan saya. Seharusnya saya tidak mengalahkan Pak Warto-guruku di depan adiknya.

Beberapa bulan kemudian.
Ketika sedang ngobrol dengan Ipung dan adik-adiknya, bel berbunyi, tampaknya ada tamu. Pak Warto menemui tamunya, ngobrol beberapa saat. Kemudian kami dipanggil, ikut nimbrung. Oh ternyata Pak Soeyitno. Kami bersalaman
" Apa kabar, Nak Cholik ??"
" Baik-baik ,Pak
"
Mungkin Pak Soeyitno sudah diberitahu pak Warto bahwa saya adalah calon menantunya. Status saya pada saat itu adalah tunangan Ipung.

Tampaknya Pak Soeyitno akan bermalam di Cimahi. Sore hari saya ditantang main catur oleh Pak Soeyitno. Kami main catur sambil ngobrol, Oom Soeyitno ( begitu saya kemudian memanggil beliau) bercerita tentang pengalamannya, sambil sekali-kali memberi nasihat kepada saya tentang hidup dan kehidupan militer. Sore itu Oom Soeyitno menang tipis 3-2.
Ini kemenangan murni, bukan rekayasa seorang calon keponakan.

Itu adalah pertemuan terakhir saya dengan Oom Soeyitno.
Ketika saya berkunjung kerumah beliau di Komplex Perumahan TNI-AL- Sawotratap-Surabaya saya hanya bertemu tante Pini dan putra-putri beliau yang masih kecil . " Oom mu sedang dinas ", kata tante Pini.
Demikian pula ketika tahun 1976 saya bermalam di Sawotratap saya tidak bertemu dengan Oom Soeyitno.
Malam itu Tante Pini nawari saya sangu " Nak Cholik ngersaake sangu ??".
" Mboten tante, matur nuwun ", saya menjawab.

Pertemuan dengan Oom Soeyitno itu adalah pertemuan pertama dan terakhir sampai akhirnya saya melihat lagi foto Oom Soeyitno ketika menyusun draft awal Buku Keluarga Darono.
Pertemuan itu juga pertemuan terakhir saya dengan Tante Pini sekeluarga sampai kami bertemu lagi tanggal 28 Oktober 2007 di Ancol- Jakarta.

*****
Oom Soeyitno " menang tanpa ngasorake" ketika bemain catur dengan saya. Hal ini tercermin dari jawaban beliau ketika Pak Warto bertanya " Sopo sing menang ?".
Oom Soeyitno dengan senyum menjawab " Kami main seimbang, saya menang 3, nak Cholik menang 2 "
Oom Soeyitno kemudian menyorongkan uang Rp. 10.000 kepada Hahan yang kala itu masih SMP. Uang sebesar itu setara dengan 1/3 gaji saya yang Rp.33.500.


Salam hormat saya kepada Tante Pini.

Juga salam hangat kepada dik Pungky, Dik Yayas, Dik Titik, Dik Yani dan dik Yongky beserta keluarganya. Anda yang dulu tahun 1975 masih imut-imut teryata sekarang sudah jadi orang.

Ahhhhhhhh... ternyata saya sudah tua.

dCholik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar